Sejarah Pondok Pesantren Puncak Darus Salam
Negara Indonesia merupakan negara yang plural dan terbesar nomor empat di dunia yang didalamnya terdapat beragam–ragam Etnis dan Ras dan juga sebagai negara multi agama. diantranya agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu. Akan tetapi yang mendominasi terhadap komunitas bangsa Indonesia adalah agama Islam. Berdasarkan jumlah komunitas muslim tertinggi di Indonesia, sangat membutuhkan wadah untuk menimba ilmu agama bagi golongan remaja yang dikenal di Indonesia dengan sebutan Pesantren. Tujuanya untuk menstranformasikan ilmu agama.
Selaras dengan pelajaran di pesantren, ada sebuah implikasi penting yang layak untuk menjadi bahan kajian, yaitu penyebaran bahasa Arab, sebagai bahasa kitab suci Al-Quran, bahasa ibadah, dan khasanah keilmuan Islam yang menurut penulis, bahasa Arab dan penyebaran Islam di Indonesia merupakan dua bagian yang tidak bisa dipisahkan, karena bahasa ini selalu melekat dalam aktivitas ibadah yang dilakukan seorang muslim, terutama dalam sholat, inilah alasan utama dan pertama kali umat Islam memiliki keinginan mempelajari bahasa Arab, mulai dari pelafalan, pemahaman, dan lain sebagainya.
Penguasaan bahasa arab yang mayoritas dipelajari di Pondok Pesantren, faktanya masih banyak santri yang tinggal di Pondok pesantren bertahun-tahun masih mengalami kegagalan dalam penguasaan kitab kuning. Padahal semua orang tua santri mengaharapkan anaknya untuk bisa menguasai atau membaca kitab kuning. Di karenakan penguasan kitab kuning merupakan kunci utama untuk membuka pengetahuan agama Islam. Maka dari itu peneliti ingin meneliti perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam yang sedang mengalami perkembangan melalui metode Iktisyaf yang sebelumnya belum diteliti secara ilmiah.
Bahasa Arab di Pondok Pesantren sebagai inti pokok pelajaran yang dianggap penting, maka pengasuh Pondok Pesantren Puncak Darussalam membuat metode alternatif (cara mudah membaca teks bahasa arab) supaya Santri tidak membutuhkan waktu lama berada di Pondok Pesantren. Sehingga semenjak adanya metode Iktisyaf di Pondok Pesantren Puncak Darussalam banyak mengeluarkan alumni yang pandai dalam membaca kitab kuning, Sehingga banyaknya alumni cerdik dan pandai tersebut, masyarakat tertarik untuk memondokan anaknya ke Pondok Pesantren Puncak Darussalam. Berdasarkan realita di atas. penulis merasa terpanggil untuk mengkaji tentang perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam dengan judul sejarah perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam pada tahun 2005 sampai 2013.
Rumusan masalah Bagaimana fungsi Elemen-elemen Pondok Pesantren Puncak Darussalam?, Apa latar belakang Kiai Abdul Hannan Tibyan membuat metode Iktisyaf ?, Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam sebelum dan sesudah menggunakan metode Iktisyaf mulai 2005 sampai tahun 2013?.
Tujuan penelitian adalah Menganalisis fungsi Elemen-elemen Pondok Pesantren Puncak Darussalam, Mengidentifikasi latarbelakang Kiai Abdul Hannan Tibyan membuat metode Iktisyaf, Memberikan telaah tentang perkembangan Pondok Pesantren Puncak Darussalam sebelum dan sesudah menggunakan metode Iktisyaf mulai 2005 sampai tahun 2013.
Pondok Pesantren Puncak Darussalam terletak di Desa Poto’an Daya Kacamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan. Alasan Kiai Abdul Hannan Tibyan memberi nama Puncak Darussalam, karena pondok pesantren tersebut terletak di atas bukit. Pondok Pesantren Puncak Darussalam sudah bisa dikatakan pondok pesantren karena sudah mempunyai lima elemen dasar pesantren diantaranya kiai, masjid, santri, asrama, kitab kuning. Dari lima elemen dasar tersebut mempunyai fungsi dan peran masing masing di dalam pesantren.
Kiai Abdul Hannan Tibyan adalah putra pertama dari Ahmada Tibyan. Beliau dilahirkan di Desa Toronan Oro Pamekasan. Pada hari jumat tanggal 4 Juni 1997 beliau menikah dengan putri ketiga Kiai Muhammad Syamsul Arifin selaku Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar. Tahun 2004 beliau pulang dari Mekkah Al Mukarromah beliau diberi sebidang tanah oleh Kiai Muhammad Syamsul Arifin yang terletak di Desa Poto’an Daya sebelah utara Pondok Pesantren Banyuanyar untuk ditempati sebagai kediaman beliau tepatnya pada tanggal 22 juni 2005 atau 15 Jumadil Akhir 1426 hijriah beliau resmi menempati kediamannya yaitu Desa Poto’an Daya Kecamatan Pelenggan Kabupaten Pemekasan serta menerapkan metode Iktisyaf kepada santrinya.